Selasa, 11 Juli 2017

Mitos Tempat Keramat Mengatasi Perselingkuhan Rumah Tangga

garasitogel-mistik - Mitos Tempat keramat di Jawa Tengah yang satu ini sangat cocok untuk mengatasi perselingkuhan rumah tangga. Terkadang di dalam rumah tangga ada kalanya mendapat cobaan, salah satunya perselingkuhan baik itu dari sang istri atau dari si suami. Cara menghentikan perselingkuhan ini banyak caranya salah satunya dengan doa menyadarkan suami yang selingkuh jika yang selingkuh suaminya, bahkan dalam dunia mistis ada juga cara mengunci kemaluan suami agar mencegah atau berhenti selingkuh.

Cara berhenti selingkuh sebaiknya harus dari hati dan kesadaaran. Ada juga dengan doa pengunci hati pasangan atau doa pengunci hati istri atau suami. Pada update kali ini kami akan membahas tempat keramat yang memiliki mitos di percaya untuk mengatasi selingkuh.

http://garasigaming.com/


Di Kelurahan Tambakrejo, Purworejo, ada sebuah makam tua bernama makam Kyai Liwung. Tak banyak yang tahu, soal asal usul Kyai Liwung ini. Keberadaan makamnya, menjadi cerita tersendiri, dan menarik untuk ditelusuri.

Sesuai namanya, Kyai Liwung memiliki makna limbung, atau kondisi jiwa seseorang yang tengah galau karena mengalami suatu permasalahan yang berat. Dan dalam perkembangannya memang, di makam Kyai Liwung juga sering jadi tujuan orang-orang yang tengah dalam kondisi galau karena suatu permasalahan berat.

Menurut Mbah Slamet (68), juru kunci makam Kyai Liwung, kisah perjalanan hidup Kyai Liwunglah yang membuat makam tua yang dirawatnya itu, sering jadi tumpuan orang-orang untuk mendapatkan jalan keluar ketika tertimpa masalah. Dari kesekian permasalahan yang sering dialami para pengalap berkah,Mbah Slamet mengakui, yang paling mendominasi adalah permasalahan tentang rumah tangga, dalam hal ini adalah urusan cinta.

“Banyak sekali pasangan pasutri yang tengah goncang rumah tangganya kesini, untuk mencari jalan keluar. Mayoritas ada hubungannya dengan perselingkuhan,” papar Slamet.

Toh begitu, menurut Slamet, tujuan dari para pengalap berkah hanyalah untuk kebaikan. Artinya, jika sebuah rumah tangga digoncang prahara karena salah satu pasangannya selingkuh, semua bisa di akhiri dengan laku ritual di makam Kyai Liwung. Dari pengakuan Mbah Slamet, sawab dan tempat keramat yang dijaganya itu memang khusus untuk mengatasi perselingkuhan.

Lantas, siapa jati diri Kyai Liwung tu sendiri? Kenapa bisa memiliki sawab khusus untuk mengatasi perselingkuhan? Dan cerita turun temurun yang diterima Mbah Slamet dari para leluhurnya, keberadaan Kyai Liwung ini, ternyata erat kaitannya dengan keberadaan Kadipaten Loano, sebuah kerajaan yang jaya pada masanya, ratusan tahun silam. Loano sekarang ini, merupakan sebuah nama kecamatan di sebelah utara Purworejo. Dan bagi masyarakat Purworejo sendiri, keberadaan Kadipaten Loano pada masa lalu, juga menjadi kisah tersendiri. Ada babad Loano yang mengungkap semuanya. Kisah bermula dari seorang tokoh bernama Bethoro Loano, yang diperkirakan hidup di tahun 1200 an. Bethoro Loano ini, sebenarnya bernama Aryo Bangah, seorang putra Pajajaran yang pergi mengembara ke pulau Jawa bagian timur, untuk mencari adiknya yang bernama Joko Sesuruh.

Namun saat pencarian itu, Aryo Bangah menghentikan perjalanannya di suatu daerah di tepian sungai Bogowonto, wilayah Bagelen sebelah utara (Purworejo). Bersama pengikutnya, akhirnya Aryo Bangah menetap disini. Tempat tersebut akhirnya disebut dengan Bumi Singgelo. Dan Aryo Bangah dikenal dengan Buyut Singgelo.

Buyut Singgelo berputra dua, yakni Pangeran Anden dan Ki Manguyu. Menginjak dewasa, Pangeran Anden ini diperintahkan mengabdi di Majapahit, sekalian mencari pamannya, Joko Sesuruh. Dalam pengabdiannya, Pangeran Anden malah dihadiahi putri raja bernama Dewi Marilangen, dan diperintahkan kembali ke Singgelopuro. Selanjutnya, Bumi Singgelopuro diserahkan ke Pangeran Anden, dan Buyut Singgelo menuju Gunung Sumbing untuk bertapa, menjauhkan dari dari keramaian dunia. Selanjutnya, Buyut Singgelo ini dikenal dengan sebutan Bethoro Loano. Bumi Singgelopuro sendiri, dalam perkembangannya berganti nama menjadi Loano.

Saat itulah, terjadi sebuah prahara di Kadipaten Loano, yakni, ada yang mengganggu hubungan Pangeran Anden dengan sang istri, Dewi Manilangen. Si pengganggu ini bernama Pangeran Joyokusurno, seorang putra Majapahit, yang ternyata sebelumnya punya hubungan affair dengan bibinya sendiri, Dewi Marilangen, namun ditentang raja Majapahit. Dan hubungan gelap itu terus berlanjut, meski Dewi Marilangen sudah menjadi istri Pangeran Anden.“lstilah sekarang selingkuh,” jelas Mbah Slamet.

Tak terima istrinya diganggu (diselingkuhi) Pangeran Anden melabrak Pangeran Joyokusumo. Keduanya sempat perang tanding, adu kesaktian. Namun ternyata, Pangeran Anden kalah. Selanjutnya, Pangeran Anden menuju Gunung Sumbing, meminta bantuan ayahnya, Bethoro Loano. Sang ayah sanggup membantu putranya, untuk menyingkirkan Pangeran Joyokusumo.

Namun Bethono Loano sudah terlanjur bersumpah untuk tak mengurusi hal-hal bersifat keduniawian. Karena itu, Bethoro Loano punya cara lain. Bethoro Loano turun dari Gunung Sumbing dengan cara menghanyutkan tubuhnya diatas rakit batang pisang atau topo ngeli di aliran Sungai Bogowonto. Saat topo ngeli ini, kondisi hati Bethono Loano tengah galau. Sampailah suatu saat ia di daerah Tambak, di sini batang pisangnya tersangkut di parapara perangkap ikan, milik Kyai Tambak. Saat ditemukan, Bethoro Loano dalam kondisi linglung (liwung). Dia bingung, bagaimana cara membantu putranya, menyingkirkan Pangeran Joyokusumo.

Karena kondisinya itu, akhirnya Bethoro Loano disebut dengan Kyai Liwung. Di pinggiran sungai Bogowonto di daerah Tambak ini, Kyai Liwung sempat bertapa untuk beberapa saat, hingga akhirnya dia berternu dengan Kyai Ganggeng. Pada Kyai Ganggeng, Kyai Liwung yang sejatinya Bethoro Loano ini menceritakan, apa yang menjadikannya turun gunung dan membuat hatinya galau, pikirannya liwung (bingung). Setelah mengetahui permasalahannya, Kyai Ganggeng pun bersedia membantu Kyai Liwung. Setelah mendapatkan orang yang bersedia membantu masalah putranya, Kyal Liwung pun kembali ke Gunung Sumbing.

“Tempat Kyai Liwung bertapa itu, akhirnya dikenal sebagai makam Kyai Liwung. Namun sebenarnya, hanya petilasan,” cerita Mbah Slamet.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar