Garasitogel-mistik - Kisah nyata pesugihan Cara mudah mendapatkan uang gaib dari bank gaib di tempat pesugihan gunung selain gunung kawi yaitu Gunung Patuha Kawah Putih dengan puncaknya dinamakan Puncak Kapuk
Cerita Misteri Ritual Pesugihan di malam pertama Yopi malah pingsan ditemui oleh cahaya warna biru yang lambat laun berubah wujud jadi sosok pria yang sangat menakutkan. Yopi menyesali perbuatan itu lantaran setelah 40 hari kemudian istrinya meninggal diambil oleh sosok Eyang Jaga Satru padahal niat Yopi hendak menumbalkan mertuanya.
Cerita Misteri Ritual Pesugihan di malam pertama Yopi malah pingsan ditemui oleh cahaya warna biru yang lambat laun berubah wujud jadi sosok pria yang sangat menakutkan. Yopi menyesali perbuatan itu lantaran setelah 40 hari kemudian istrinya meninggal diambil oleh sosok Eyang Jaga Satru padahal niat Yopi hendak menumbalkan mertuanya.
Satu tahun kemudian Yopi menikah lagi dengan wanita bernama Juju, namun juju sipatnya yang sering menghambur-hamburkan uang serta sering bergaul dengan istri muda para pejabat yang akhirnya ikut-ikutan meniru gaya hidupnya.
Uang gaib hasil ritualpun habis dipakai hura-hura dan ketika suaminya tidak punya uang lagi dan miskin akhirnya Yopi ditinggal pergi oleh Juju istri kedua setelah Santi istri pertama Yopi meninggal. Sepeninggal Juju Yopi hendak melakukan ritual yang kedua kalinya dan kali ini Juju lah yang hendak dijadikan tumbalnya, bagaimana kisah selengkapnya ketika Yopi ritual simak kisahnya di bawah ini.
Pada akhir Desember 2016 ini Karto sudah dua kali mengantar pelaku ritual di keramat yang satu ini, cuaca dan suhu yang sangat extrim tidak membuat kedua pelaku ini mundur walaupun kabut tebal dan angin kencang menghantam tubuh pelaku dan orang-orang yang ikut mengantar ke lokasi keramat tersebut.
Gunung Patuha Puncak Kapuk Yang di kenal Kawah Putih tepatnya berada di bawah kaki bukit Keraton Gunung Mayit dengan ketinggian 2600 meter dan permukaan laut. Betapa dinginnya tempat lokasi keramat yang satu ini, jarang ada yang kuat bertahan lama, lantaran suhu dan suasananya sangat berbeda dengan tempat-tempat keramat lainnya.
Kabut tebal dan angin kencang serta suhu yang sangat extrim ini membuat para pelaku ritual akan berpikir 2 kali untuk melakukan ritual di tempat ini.Terkadang Karto sendiripun sangat enggan untuk melangkah menuju keramat yang satu itu yang berlokasi di perkebunan teh tersebut yang berdekatan dengan tempat pariwisata Kawah Putih.
Keramat Puncak Kapuk Gunung Patuha sangat jarang disinggahi oleh para pencari berkah di bandingkan dengan tempat Pesugihan gunung kawi karena selain tempatnya sangat terpencil juga tidak diketahui keberadaannya. Hanya orang-orang tertentu saja yang tahu dan terkadang penduduk setempat pun yang menjadi pekerja pemetik daun teh merasa takut jika mendengar Puncak Kapuk lantaran di sekitar perkebunan ini sering bermunculan sosok gaib, terutama ketika sore menjelang Maghrib.
Suatu hari mandor perkebunan teh itu sedang berada di perkebunan sambil memantau para ibu-ibu yang sedang memetik daun teh. Tiba-tiba dari kejauhan melihat segerombolan orang-orang yang hendak naik ke keramat, lantas Si mandor itupun sesumbar.
“Duch... eyang jangan orang lain saja yang diberi rezeki itu, saya juga mau.”
Mungkin si mandor ini merasa iri melihat banyak orang-orang yang naik ke keramat dengan hasil yang memuaskan, itu terlihat lantaran sudah banyak orang-orang yang potong kambing di sekitar lokasi keramat itu, maklum si mandor itu saban hari selalu standby di lokasi perkebunan untuk melihat para pekerja pemetik daun teh, jadi tahu siapa-siapa saja yang suka ritual di Keramat Puncak Kapuk tepatnya di gunung patuha tersebut.
Malam harinya Si mandor perkebunan teh itu didatangi oleh sosok gaib yang tentunya sang penguasa Keramat Puncak Kapuk siapa lagi kalau bukan Eyang Jaga Satru. Ternyata jeritan hati kang mandor itu didengarnya.
“He... he... he.. cucu, ni Eyang sudah datang hendak memberi rezeki untukmu!” Sapa Eyang Jaga Satru.
“lya eyang terima kasih eyang mau memberi rezeki padaku!” jawab mandor Surya.
“Silahkan kau ambil uang dalam karung itu jadi milikmu, tapi ingat anakmu bakal eyang ambil” jawab Eyang Jaga Satru.
“Ti... ti... ti.. tidak Eyang!” Pinta mandor
“He... he... he... he... bukan kah kau minta rezeki cucu?” Tanya Eyang Jaga Satru.
“Eng... eng... eng... enggak jadi!” Jawab mandor Surya.
“Baik kalau begitu Eyang mau pamit!” Pinta Eyang.
Sepeninggal Eyang Jaga Satru, kang mandorpun merasa kaget lantaran Asep anak bungsunya menjerit seperti ketakutan! Ada apa anaknya itu dan apa yang terjadi?
Asep anak bungsunya sedang sakarotul maut tanpa sebab musabab, matanya terbelalak, tubuhnya bergulingan di atas kasur. Malam itu juga kang mandor mencari sesepuh lantaran kaget melihat anaknya yang mendadak berperilaku aneh.Sesepuh inipun memberi segelas air putih yang telah diberi jampi-jampi dan dan sesepuh inilah baru diketahui kalau Asep itu hendak dibawa oleh sosok gaib alhasil dari kang mandor sendiri yang merasa iri pada orang lain yang hendak bersekutu dengan sosok gaib.
Keangkeran Keramat Puncak Kapuk bukan sekedar isapan jempol belaka, itu bisa dibuktikan sudah beberapa pelaku yang Iari bahkan ada salah satu pelaku yang pingsan ketika ditemui oleh sosok gaib terpaksa digotong ke bawah menuju cungkup tempat istirahat pemetik teh. Kejadian seperti ini hanya membuat repot saja bagi juru kunci, jadi bagi siapa saja yang hendak melakukan ritual di keramat ini harus dipikirkan secara matang.
Dalam lingkungan keramat-keramat Gunung Mayit itu terdiri dari beberapa tempat keramat namun hanya di lokasi Puncak Kapuklah yang terbilang ritualnya sangat cepat berkisar antara 1-4 jam sudah ditemui oleh penguasa keramat tersebut namun agak extra hati-hati lantaran sosok gaib di keramat ini menampakkan wajah yang aslinya.
Junu kunci yang satu ini sudah tidak asing lagi, beliau selaku sesepuh yang sudah melanglang buana ketika usianya masih sangat muda dulu. Bahkan beliau memegang beberapa lokasi keramat khususnya di daerah Jawa Barat tenmasuk keramat Puncak Kapuk. Kehidupannya yang sangat sederhana ini membuat orang-orang sudah pada mengenalnya dan kerap disebut dengan Abah Angker.
Abah Angker bermukim di puncak gunung, beliau hidup bersama istri dan 2 orang anaknya yang masih kecil. Memang usia Abah Angker belum terlalu tua sekitar 45 tahun tapi pengalaman hidupnya dulu diterapkan hingga Sekarang-sekarang ini buktinya sudah puluhan pelaku yang sukses dalam menjalani ritual tapi tidak kurang juga pelaku yang gagal.
Di bawah ini kisah Karto ketika menerima pelaku bernama Yopi yang melakukan ritual di Gunung Puncak Kapuk Yopi terbilang orang yang sangat nekad padahal sebelumnya sudah diwanti-wanti oleh Karto untuk mengurungkan niatnya agar tidak jadi melakukan ritual lantaran selain tubuhnya yang kerempeng juga niatnya yang hendak menumbalkan mertuanya yang selalu rewel dan banyak mendoktrin dirinya itu tidak bisa ditolak kalau dirinya tetap berniat akan melaksanakan ritual tersebut lantaran saking sakit hatinya yang sudah mendarah daging.
Lantaran terus memaksa akhirnya Karto membawanya ke rumah Abah Angker selaku juru kunci tempat pesugihan di Keramat Puncak kapuk. Di rumah itulah Yopi mendapat penjelasan secara detail. Kembali Yopi diceramahi oleh Abah Angker yang maksudnya agar niatnya itu dibatalkan saja, lebih baik menikahi salah satu peri supaya hidupnya makmur.
Dasar Yopi yang sudah gelap mata keinginannya yang kuat tidak bisa digoyang, akhirnya Abah Angker inipun memanggil kang Sandang yang maksudnya untuk menemani ritual nanti takut Yopi Iari seperti pelaku-pelaku yang lainnya dan ini sangat berbahaya sekali bisa-bisa nyawanya melayang.
Perlu diketahui oleh pembaca kalau juru kunci ini selalu menyediakan salah seorang untuk menemani pelaku ritual atau yang menggantikan pelaku jika niatnya belum pas, maksudnya kang Sandang ini sebagai joki jika Si pelaku merasa takut menghadapi sosok gaib.
Jadi kang Sandang lah yang berdialog langsung dengan sosok gaib tersebut. Tugas kang Sandang inilah yang sangat diperlukan oleh juru kunci untuk menemani pelaku ritual, jadi tugas Karto bisa menemani pelaku dalam radius jarak tidak jauh yang masih di sekitar lokasi kenamat tersebut.
Memang tugas juru kunci bernama Abah Angker ini sangat tanggung jawab pada Si pelaku ritual tidak pernah meninggalkan pelaku begitu Saja lantaran tahu kalau sosok gaibnya itu cukup sangar dan membahayakan. Abah Angker selalu kontrol 2-3X pada pelaku ritual ketika ritual itu berlangsung takut ada apa-apa yang menimpa pelaku lantaran kebanyakan yang ritual di keramat yang satu ini tidak bertahan lama pasti ada yang kabur atau pingsan lantaran tidak kuat melihat sosok yang menakutkan.
Di hari pertama Yopi ritual di Keramat gunung patuha Puncak Kapuk memang sudah menunjukkan keberaniannya ritual sendiri walau juru kunci menyuruhnya ditemani oleh kang Sandang.
“Biarlah aku ritual sendirian bah, toh dari rumah sudah niat ingin sukses,” itulah ucapan Yopi pada semua orang yang ikut naik ke lokasi keramat.
Walau Yopi bicara seperti itu namun juru kunci lebih waspada akan apa yang muncul nanti di hadapannya, maka diaturlah posisi antara pelaku ritual dengan kang Sandang serta Karto yang menemani ritualnya Yopi sementara Abah Angker dengan kang Deni (joki) mengambil posisi yang paling belakang di sebuah cungkup tempat para pekerja perkebunan pemetik teh beristirahat.
Setelah acara tawasulan itu selesai Yopi pun ditinggal sendirian sementara yang lain kembali ke tempatnya masing-masing untuk bertugas menjaga dan menemani ritualnya Yopi. Mudah-mudahan acara ritual itu bisa terlaksana dengan baik serta apa yang dicita-cita oleh Yopi bisa mendapat hasil yang maksimal.
Malam itu cuaca sangat extrim, angin cukup kencang, kabut sangat tebal serta suhu yang sangat dingin sekali membuat semua yang ikut serta dalam acara ritual mengigil kedinginan. Selurub tubuh tertiup dengan rapih hingga jemari tangan memakai sarung tangan serta kaki terbungkus kaos kaki namun tetap hawa dingin itu merasuk hingga ke tulang sum-sum.
Malam itu tidak seperti biasanya extrim seperti demikian, mungkin akan menghadapi perubahan cuaca dari musim penghujan ke musim kemarau. Masih tercium bau aroma dupa hio lantaran terhembus oleh angin malam yang semakin kencang hingga pepohonanpun bergoyang cukup membuat merinding bulu kuduk. Baru kali ini Karto melihat kejadian seperti itu padahal sudah 6X menemani pelaku ritual di keramat ini. Apakah sosok gaib penghuni keramat tersebut murka ataukah memang cuaca yang tidk bersahabat.,.?
Tiba-tiba di tempat yang dipakai ritual Yopi mendadak terang benderang ada apa gerangan...? Ternyata sum bercahaya itu muncul dari sebuah benda berukuran sebesar gelas yang menimbulkan cahaya ke biru-biruan. Cahaya tersebut mengitari sesaji, entah kenapa...? Yopi mulai gelisah dengan kemunculan seberkas sinar itu, rasa dinginpun sudah tidak dihiraukan lagi.
Ketika sinar tersebut mulai berubah dengan gumpalan asap tebal tiba-tiba secara tidak sadar diapun berucap “Astagfirullah hal’adzim” spontan di tempat itu kembali menjadi gelap gulita serta merta ubo rampe pun jadi acak-acakan. Bagaimana kejadian selanjutnya yang terjadi di tempat pesugihan itu...?
Lantaran di tempat Yopi duduk ritul belum terlihat tanda-tanda terlihat cahaya lampu senter akhirnya abah kuncen, Karto dan rekan lainnya membiarkan Yopi tetap ritual dengan tenang. Mudah-mudahan saja Yopi diberikan keberkahan oleh Eyang Jaga Satru, itulah harapan dan semua rekan yang terlibat dalam acara ritual tersebut, mereka mendo’akan agar Yopi sukses dalam menjalani acara cara mendapatkan uang gaib yang nyeleneh itu lantaran pasti semua rekan-rekannya dapat bagian dari infak yang semestinya dikeluarkan untuk mereka. Infak jatuhnya 2,5% dan itu harusnya diperuntukkan fakir miskin, tua jompo, sarana Masjid dan sebagainya.
Namun dalam hal ini infak dibagikan pada rekan-rekan yang ikut serta dalam acara ritual tersebut lantaran semua yang terlibat itu terbawa dosanya juga namun bisa ditaubatkan melalui pembacaan ayat ayat suci Al-Qur’an dengan cara memanggil beberapa santri atau sesepuh berdo’a bersama. Lambat laun dosa perdosaan pun akan semakin mengurangi dan akhirnya akan sirna tapi ingat acara pembacaan do’a tersebut mesti dilakukan setiap 40 hari sekali.
Kira-kira pukul 01.15 dinihari kami semua merasa gelisah lantaran belum ada tanda-tanda Yopi menyalakan lampu senter, lalu Karto berdua dengan abah angker selaku juru kunci keramat segera beranjak dari tempat duduk yang sejak dari tadi menunggu ritualnya Yopi maksudnya hendak memeriksa Yopi apakah sudah ditemui dan berdialog dengan Eyang Jaga Satru atau belum?
Yaa... ampun Yopi malah pingsan! Yang lebih kagetnya lagi ubo rampe pada berantakan tumpah dan tempayan. Cukup merinding juga melihat tragedi seperti itu. Apakah Eyang Jaga Satru itu marah atau bagaimana...? Kita tunggu saja Yopi sebagai saksi kuncinya.
Yopi masih belum sadarkan diri, sementara rekan-rekan yang menunggu segera berdatangan lantaran sudah diberi tanda berkedip lampu senter. Semua rekan saling membantu membereskan ubo rampe yang acak-acakan.
Jujur saja ketika melihat tubuh Yopi pingsan spontan bulu kudukpun mulai tegang lantaran sosok tinggi besar masih menampakkan dirinya namun rekan-rekan tidak menyadarinya, tidak jauh dari mereka yang sedang memungut sesaji tempat sosok bayangan hitam sedang berdiri memperhatikan ke sekeliling tempat itu, matanya merah menandakan marah.
Seraya juru kunci mengajak segera turun lantaran takut ada hal yang lebih fatal lagi. Yopi digotong menuju cungkup dibawah tempat peristirahatan para pekerja pemetik daun teh. Lumayan juga beratnya tubuh Yopi, pelaku seperti inilah yang merepotkan.Karto berharap pada para pelaku yang hendak ritual itu mesti harus dipikirkan terlebih dahulu mental yang kuat, kalau sekiranya mental seperti kerupuk lebih baik tidak usah dilakukan ritual sebab hanya menyusahkan Karto dan juru kunci saja.
Cukup lama Yopi sadar dari pingsan, semua yang ikut mengantarpun membacakan do’a agar Yopi cepat siuman lantaran bingung caranya untuk membawa pulang ke rumah abah angker selaku juru kunci lantaran jaraknya sangat jauh sekali + 25 km lagi pula semua yang ikut mengantar merasa penasaran bagaimana hasil ritualnya Yopi.
Perlu diketahui saja oleh pembaca untuk sampai ke lokasi keramat Gunung Patuha Puncak Kapuk hanya bisa dilaluI oleh kendaraan roda dua, jadi bagaimana caranya menaikan Yopi pada motor, sementara tubuhnya kaku...? Setelah Yopi sadar dari pingsan barulah bisa diketahui hasil ritual tersebut.
Menurutnya kalau malam itu Yopi melihat seberkas cahaya sebesar diameter gelas, dasar Yopi melihat seberkas sinar itu berbentuk seperti bokor mas malah langsung diraih namun apa daya cahaya tersebut berubah jadi segumpal asap tebal dan lambat laun berubah wujud menjadi sosok mahluk tinggi besar hendak menerkam Yopi dan akhirnya diapun pingsan.
Di malam kedua ritual Yopi ditemani oleh Karto dan kang Deni supaya lebih jelas sosok makhluk seperti apa yang muncul itu karena ketika Karto kontrol Yopi dengan juru kunci yang Karto tahu kalau sosok itu tinggi besar dan matanya merah seperti murka.
Lagi pula kang Deni ini sering sekali menemani pelaku ritual-ritual dan terkadang kang Deni ini suka menjadi joki untuk ritual niatnya pelaku lain atau dengan kata lain kang Deni ini yang menggantikan pelaku ritual jika si pelaku merasa takut menghadapi sosok gaib tersebut, sementara kang Sandang sendiri diberi tugas oleh juru kunci untuk memantau di sekitar lokasi keramat.
Malam itu Yopi dengan sangat khusyu ritual sambil menghadap sesaji yang kemarin acak-acakan, konon menurut Yopi kalau sesaji itu tidak disukai oleh Eyang Jaga Satru dan akhirnya menyuruh hewan peliharaannya untuk memakan Suguhan tersebut, tapi tikus sebesar kucing itu malah memandang sesaji hingga acak-acakan.
Kira-kira pukul 23.15 WIB tempat keramat itu kembali jadi terang benderang, kejadiannya sama seperti di hari pertama namun kali ini Yopi makin berhati-hati dan sedikit takut oleh penampakan yang akan muncul nanti.
“He... he... he... he... geuningan manusa calutak datang deul nepungan kaula!” Tanya sosok gaib itu yang tak lain adalah Eyang Jaga Satru.
“Mu... mu... mu... muhun Eyang!” Jawab Yopi singkat.
“Naon atuh anjeun teh meni maksa hayang panggih jeung kaula, ari ku kaula didatangan kalakah he’es!” Tanya sosok ghoib tersebut.
“Aduh Eyang sanes he’es tapi sim kuring teu emut di bumi alam lantaran Eyang nganggo waragad anu pikasieuneun” jawab Yopi.
“Heu’euh sarua wae, hartina anjeun kalakah he’es” jelas sosok ghoib tersebut.
“Kuring teh sieun Eyang!” Jawab Yopi.
“Naha atuh ari sieun kalakah datang kadieu!” kata Eyang Jaga Satru.
“Kuring teh butuh dunya pamere ti Eyang anu saloba-lobana anu payu dialam kiwari!” pinta Yopi.
“Heug lamun anjeun hayang kitu mah, tapi mana balesan ti anjeun ka kaula..?” pinta Eyang Jaga Satru Balik Tanya.
“Mangga teu langkung selera Eyang anu kapilih!” jawab Yopi yang sudah gelap mata.
Yopi dibilang manusia tidak sopan oleh Eyang Jaga Satru, mungkin ketika dirinya masih mewujud sinar biru hendak ditangkap oleh kedua tangan Yopi dan setelah sinar biru itu berubah menjadi sosok yang menakutkan Yopi malah pingsan, tapi menurut sosok gaib kalau Yopi dibilang tidur.
Lantaran Yopi sangat membutuhkan dari sosok gaib lalu diapun meminta modal (diberi rezeki) khususnya dalam bentuk uang yang berlaku di alam manusia, tapi sosok gaib itu minta imbalannya sebagai tebusan kekayaan yang akan diterima oleh Yopi.
Dasar Yopi sudah gelap mata diapun langsung mengiyakan saja, entah siapa yang akan diambil nanti oleh sosok gaib tersebut. Yopi tidak sadar kalau tumbal yang akan diambil oleh Eyang Jaga satru tersebut adajah istrinya sendiri. Padahal niatnya itu hendak menumbalkan mertuanya sendiri lantaran niatnya itu diutarakan tidak secara lisan.
Setelah selesai melakukan ritual di keramat Puncak Gunung Patuha atau Puncak Kapuk Yopi benar-benar kaya raya namun kekayaannya itu tidak bisa bareng dinikmati oleh istrinya, lantaran Santi istrinya itu 40 hari setelah Yopi turun dari keramat malah meninggal kesengat aliran listrik, ketika hendak menuju kamar mandi tangannya menyenggol sambungan kabel yang mengalir pada mesin air jetpam.
Memang kekayaan yang diterima oleh Yopi jauh berbeda dengan ritual di keramat-keramat lain hingga beberapa karung atau kardus, justru jika ritual di keramat Puncak kapuk berkisar antara 2 - 3 milyar yang diterima oleh pelaku ritual dan juga tidak sebebas ritual kapan saja yang waktunya hanya hari dan bulan tertentu saja.
Abah Angker pun sudah memberi izin pada Karto untuk maksudnya sedikit mengingatkan pada pelaku-pelaku yang telah sukses melaksanakan ritual di tempat pesugihan keramat Puncak Kapuk Gunung Patuha untuk tidak mengulang ritual di keramat tersebut lantaran lambat laun Si pelaku itu sendiri bakal kena imbasnya, jadi cukup satu kali Saja jangan coba-coba dilakukan kembali ritual tersebut.
Dari hasil dialog itulah perlu kehati-hatian jangan mentang-mentang pelaku butuh modal diberi oleh sosok gaib namun tidak tuntas pembicaraan, contohnya seperti Yopi dia mengiyakan saja ketika sosok gaib itu meminta tumbal manusia sebagai wadalnya, akhirnya istri Yopi sendiri yang diambilnya untuk dijadikan tumbal tersebut, padahal dia sendiri niatnya hendak menumbalkan mertuanya.
Di sinilah perlu kehati-hatian bagi Si pelaku ritual sebab sosok gaib itu sendiri sudah pasti akan meminta tumbal pada si pelaku yakni orang yang paling disayangi oleh si pelaku dan orang yang paling dibutuhkan oleh sosok gaib itu sendiri.
Sejak meninggal Santi istrinya, Yopi memerlukan pendamping hidup dan akhirnya menikah dengan Juju. Dari hasil pernikahan inilah awal mulanya kehancuran Yopi di mana Juju memiliki sifat jamurang (red-Sunda) artinya boros dengan uang, sementara Yopi sendiri tidak pernah kontrol dengan keuangan di rumah tangga.
Lambat laun uang gaib dari hasil ritual di tempat keramat itu pun habis. Juju tidak tahan dengan kehidupan yang melarat dan akhirnya Juju memilih minggat dari rumah tangganya dan meninggalkan tanggung jawab pada suami dan anak-anaknya termasuk turunan dari Juju. Yopi tidak pernah mau mencari ke mana Juju pergi walau bagaimanapun juga kalau Juju itu bukan wanita baik yang kehidupannya selalu glamor dan suka bergaul dengan istri-istri muda para pejabat.
Kini Yopi merasakan sesal yang amat sangat sepeninggalan Santi istrinya tidak pernah menghiraukan Juju lagi lantaran Juju itu orang “Brengsek” itulah ucapan terakhir dari Yopi ketika Karto berkunjung ke rumahnya di sekitar Kabupaten Bandung. Rasa sesal suka muncul di kemudian hari, Yopi bersujud di hadapan Karto lantaran dia sungguh-sungguh Sangat menyesal. Andaikan Santi masih hidup dijamin kehidupannya tidak akan seperti ini.
Yopi berencana hendak melakukan ritual kembali dan kali ini dia akan menyerahkan Juju sebagai tumbal pesugihannya...! Apakah tujuannya akan tercapai...?
Semenjak ditinggal pergi oleh kedua istrinya, Yopi benar-benar melakukan ritual kembali di tempat keramat Puncak kapuk Gunung Patuha yang dipandu oleh abah Angker lantaran rasa sakit hatinya terhadap Juju memang sudah mendarah daging yang tidak bisa diampuni lagi ditambah dengan beban anak-anaknya dan Juju yang masih kecil dan perlu biaya pendidikan untuk masa depannya.
Setelah diberi wejangan oleh juru kunci akhirnya sore menjelang Maghrib Yopi berempat pergi menuju tempat pesugihan kerámat Puncak kapuk Gunung Patuha dengan perjalanan kendaraan roda dua, akhirnya sebelum adzan isya sudah sampai di tempat tujuan.
Seperti biasanya abah juru kuncipun Iangsung menggelar sesaji untuk memberi bakti pada sosok gaib Eyang Jaga Satru lantaran Sudah puluhan orang pelaku sudah diberikan kekayaan oleh penguasa keramat tersebut. Sekalian tawasul tentang penyampalan niat Yopi yang kedua kalinya.
Ritual malam pertama dalam hitungan jam saja tiba-tiba sosok gaib Eyang Jaga Satru pun muncul di hadapan Yopi dan terjadilah dialog khusus.
“He... he... he... he... dasar manusa belegug ilaing mah dibere modal ku kaula kalakah dipake awuntah!” Jawab Eyangiaga Satru.
Yopi diam seribu bahasa lantaran apa yang dikatakan sosok gaib itu memang benar adanya.
“Ayeuna anjeun rek naon datang deui ka kaputren?” Tanya Eyang jaga Satru.
“Hapunten Eyang, rumaos sim abdi anu lepat!” jawab Yopi.
“Nyaho kalakuan salah kalakah dilakukeun, dasar manusa teh nunustunjung ilaing mahl” kata Eyang Jaga Satru.
Artinya:
Yopi dibentak oleh Eyang Jaga Satru lantaran uang kiriman untuk modal usahanya malah habis dipakai tidak benar oleh istrinya dan itu perbuatan yang salah besar, hingga Yopi dibilang manusia tidak tahu diri.
Lantaran Yopi terus berharap pada Eyang Jaga Satru akhrinya diapun diberi pinjaman modal uang gaib (Bank Gaib) dengan jaminan 5 tahun, jika dirinya tidak sanggup mengembalikannya berarti nyawa sendirinyalah yang sebagai gantinya.
Perlu diketahui kalau Juju tidak bisa dijadikan tumbal pesugihannya lantaran tahap pertama yang harus jadi wadalnya adalah Yopi sendiri dan untuk ritual selanjutnya Juju bisa dijadikan sebagai korbannya.
ltulah cerita kisah nyata misteri pesugihan seseorang manusia yang telah melakukan ritual di tempat pesugihan keramat Puncak Kapuk, semoga pembaca bisa mengambil hikmahnya dari kisah pengalaman Yopi. Semua nama yang tercantum dalam kisah ini sudah kami samarkan demi nama baik sipelaku itu sendiri lantaran hingga kini Yopi masih hidup.
Sekian kisah nyata cerita misteri pesugihan gunung patuha sebagai tempat pesugihan paling angker paling cepat dan mudah mendapatkan uang gaib tentunya dengan tumbal nyawa.
Uang gaib hasil ritualpun habis dipakai hura-hura dan ketika suaminya tidak punya uang lagi dan miskin akhirnya Yopi ditinggal pergi oleh Juju istri kedua setelah Santi istri pertama Yopi meninggal. Sepeninggal Juju Yopi hendak melakukan ritual yang kedua kalinya dan kali ini Juju lah yang hendak dijadikan tumbalnya, bagaimana kisah selengkapnya ketika Yopi ritual simak kisahnya di bawah ini.
Pada akhir Desember 2016 ini Karto sudah dua kali mengantar pelaku ritual di keramat yang satu ini, cuaca dan suhu yang sangat extrim tidak membuat kedua pelaku ini mundur walaupun kabut tebal dan angin kencang menghantam tubuh pelaku dan orang-orang yang ikut mengantar ke lokasi keramat tersebut.
Gunung Patuha Puncak Kapuk Yang di kenal Kawah Putih tepatnya berada di bawah kaki bukit Keraton Gunung Mayit dengan ketinggian 2600 meter dan permukaan laut. Betapa dinginnya tempat lokasi keramat yang satu ini, jarang ada yang kuat bertahan lama, lantaran suhu dan suasananya sangat berbeda dengan tempat-tempat keramat lainnya.
Kabut tebal dan angin kencang serta suhu yang sangat extrim ini membuat para pelaku ritual akan berpikir 2 kali untuk melakukan ritual di tempat ini.Terkadang Karto sendiripun sangat enggan untuk melangkah menuju keramat yang satu itu yang berlokasi di perkebunan teh tersebut yang berdekatan dengan tempat pariwisata Kawah Putih.
Keramat Puncak Kapuk Gunung Patuha sangat jarang disinggahi oleh para pencari berkah di bandingkan dengan tempat Pesugihan gunung kawi karena selain tempatnya sangat terpencil juga tidak diketahui keberadaannya. Hanya orang-orang tertentu saja yang tahu dan terkadang penduduk setempat pun yang menjadi pekerja pemetik daun teh merasa takut jika mendengar Puncak Kapuk lantaran di sekitar perkebunan ini sering bermunculan sosok gaib, terutama ketika sore menjelang Maghrib.
Suatu hari mandor perkebunan teh itu sedang berada di perkebunan sambil memantau para ibu-ibu yang sedang memetik daun teh. Tiba-tiba dari kejauhan melihat segerombolan orang-orang yang hendak naik ke keramat, lantas Si mandor itupun sesumbar.
“Duch... eyang jangan orang lain saja yang diberi rezeki itu, saya juga mau.”
Mungkin si mandor ini merasa iri melihat banyak orang-orang yang naik ke keramat dengan hasil yang memuaskan, itu terlihat lantaran sudah banyak orang-orang yang potong kambing di sekitar lokasi keramat itu, maklum si mandor itu saban hari selalu standby di lokasi perkebunan untuk melihat para pekerja pemetik daun teh, jadi tahu siapa-siapa saja yang suka ritual di Keramat Puncak Kapuk tepatnya di gunung patuha tersebut.
Malam harinya Si mandor perkebunan teh itu didatangi oleh sosok gaib yang tentunya sang penguasa Keramat Puncak Kapuk siapa lagi kalau bukan Eyang Jaga Satru. Ternyata jeritan hati kang mandor itu didengarnya.
“He... he... he.. cucu, ni Eyang sudah datang hendak memberi rezeki untukmu!” Sapa Eyang Jaga Satru.
“lya eyang terima kasih eyang mau memberi rezeki padaku!” jawab mandor Surya.
“Silahkan kau ambil uang dalam karung itu jadi milikmu, tapi ingat anakmu bakal eyang ambil” jawab Eyang Jaga Satru.
“Ti... ti... ti.. tidak Eyang!” Pinta mandor
“He... he... he... he... bukan kah kau minta rezeki cucu?” Tanya Eyang Jaga Satru.
“Eng... eng... eng... enggak jadi!” Jawab mandor Surya.
“Baik kalau begitu Eyang mau pamit!” Pinta Eyang.
Sepeninggal Eyang Jaga Satru, kang mandorpun merasa kaget lantaran Asep anak bungsunya menjerit seperti ketakutan! Ada apa anaknya itu dan apa yang terjadi?
Asep anak bungsunya sedang sakarotul maut tanpa sebab musabab, matanya terbelalak, tubuhnya bergulingan di atas kasur. Malam itu juga kang mandor mencari sesepuh lantaran kaget melihat anaknya yang mendadak berperilaku aneh.Sesepuh inipun memberi segelas air putih yang telah diberi jampi-jampi dan dan sesepuh inilah baru diketahui kalau Asep itu hendak dibawa oleh sosok gaib alhasil dari kang mandor sendiri yang merasa iri pada orang lain yang hendak bersekutu dengan sosok gaib.
Keangkeran Keramat Puncak Kapuk bukan sekedar isapan jempol belaka, itu bisa dibuktikan sudah beberapa pelaku yang Iari bahkan ada salah satu pelaku yang pingsan ketika ditemui oleh sosok gaib terpaksa digotong ke bawah menuju cungkup tempat istirahat pemetik teh. Kejadian seperti ini hanya membuat repot saja bagi juru kunci, jadi bagi siapa saja yang hendak melakukan ritual di keramat ini harus dipikirkan secara matang.
Dalam lingkungan keramat-keramat Gunung Mayit itu terdiri dari beberapa tempat keramat namun hanya di lokasi Puncak Kapuklah yang terbilang ritualnya sangat cepat berkisar antara 1-4 jam sudah ditemui oleh penguasa keramat tersebut namun agak extra hati-hati lantaran sosok gaib di keramat ini menampakkan wajah yang aslinya.
Junu kunci yang satu ini sudah tidak asing lagi, beliau selaku sesepuh yang sudah melanglang buana ketika usianya masih sangat muda dulu. Bahkan beliau memegang beberapa lokasi keramat khususnya di daerah Jawa Barat tenmasuk keramat Puncak Kapuk. Kehidupannya yang sangat sederhana ini membuat orang-orang sudah pada mengenalnya dan kerap disebut dengan Abah Angker.
Abah Angker bermukim di puncak gunung, beliau hidup bersama istri dan 2 orang anaknya yang masih kecil. Memang usia Abah Angker belum terlalu tua sekitar 45 tahun tapi pengalaman hidupnya dulu diterapkan hingga Sekarang-sekarang ini buktinya sudah puluhan pelaku yang sukses dalam menjalani ritual tapi tidak kurang juga pelaku yang gagal.
Di bawah ini kisah Karto ketika menerima pelaku bernama Yopi yang melakukan ritual di Gunung Puncak Kapuk Yopi terbilang orang yang sangat nekad padahal sebelumnya sudah diwanti-wanti oleh Karto untuk mengurungkan niatnya agar tidak jadi melakukan ritual lantaran selain tubuhnya yang kerempeng juga niatnya yang hendak menumbalkan mertuanya yang selalu rewel dan banyak mendoktrin dirinya itu tidak bisa ditolak kalau dirinya tetap berniat akan melaksanakan ritual tersebut lantaran saking sakit hatinya yang sudah mendarah daging.
Lantaran terus memaksa akhirnya Karto membawanya ke rumah Abah Angker selaku juru kunci tempat pesugihan di Keramat Puncak kapuk. Di rumah itulah Yopi mendapat penjelasan secara detail. Kembali Yopi diceramahi oleh Abah Angker yang maksudnya agar niatnya itu dibatalkan saja, lebih baik menikahi salah satu peri supaya hidupnya makmur.
Dasar Yopi yang sudah gelap mata keinginannya yang kuat tidak bisa digoyang, akhirnya Abah Angker inipun memanggil kang Sandang yang maksudnya untuk menemani ritual nanti takut Yopi Iari seperti pelaku-pelaku yang lainnya dan ini sangat berbahaya sekali bisa-bisa nyawanya melayang.
Perlu diketahui oleh pembaca kalau juru kunci ini selalu menyediakan salah seorang untuk menemani pelaku ritual atau yang menggantikan pelaku jika niatnya belum pas, maksudnya kang Sandang ini sebagai joki jika Si pelaku merasa takut menghadapi sosok gaib.
Jadi kang Sandang lah yang berdialog langsung dengan sosok gaib tersebut. Tugas kang Sandang inilah yang sangat diperlukan oleh juru kunci untuk menemani pelaku ritual, jadi tugas Karto bisa menemani pelaku dalam radius jarak tidak jauh yang masih di sekitar lokasi kenamat tersebut.
Memang tugas juru kunci bernama Abah Angker ini sangat tanggung jawab pada Si pelaku ritual tidak pernah meninggalkan pelaku begitu Saja lantaran tahu kalau sosok gaibnya itu cukup sangar dan membahayakan. Abah Angker selalu kontrol 2-3X pada pelaku ritual ketika ritual itu berlangsung takut ada apa-apa yang menimpa pelaku lantaran kebanyakan yang ritual di keramat yang satu ini tidak bertahan lama pasti ada yang kabur atau pingsan lantaran tidak kuat melihat sosok yang menakutkan.
Di hari pertama Yopi ritual di Keramat gunung patuha Puncak Kapuk memang sudah menunjukkan keberaniannya ritual sendiri walau juru kunci menyuruhnya ditemani oleh kang Sandang.
“Biarlah aku ritual sendirian bah, toh dari rumah sudah niat ingin sukses,” itulah ucapan Yopi pada semua orang yang ikut naik ke lokasi keramat.
Walau Yopi bicara seperti itu namun juru kunci lebih waspada akan apa yang muncul nanti di hadapannya, maka diaturlah posisi antara pelaku ritual dengan kang Sandang serta Karto yang menemani ritualnya Yopi sementara Abah Angker dengan kang Deni (joki) mengambil posisi yang paling belakang di sebuah cungkup tempat para pekerja perkebunan pemetik teh beristirahat.
Setelah acara tawasulan itu selesai Yopi pun ditinggal sendirian sementara yang lain kembali ke tempatnya masing-masing untuk bertugas menjaga dan menemani ritualnya Yopi. Mudah-mudahan acara ritual itu bisa terlaksana dengan baik serta apa yang dicita-cita oleh Yopi bisa mendapat hasil yang maksimal.
Malam itu cuaca sangat extrim, angin cukup kencang, kabut sangat tebal serta suhu yang sangat dingin sekali membuat semua yang ikut serta dalam acara ritual mengigil kedinginan. Selurub tubuh tertiup dengan rapih hingga jemari tangan memakai sarung tangan serta kaki terbungkus kaos kaki namun tetap hawa dingin itu merasuk hingga ke tulang sum-sum.
Malam itu tidak seperti biasanya extrim seperti demikian, mungkin akan menghadapi perubahan cuaca dari musim penghujan ke musim kemarau. Masih tercium bau aroma dupa hio lantaran terhembus oleh angin malam yang semakin kencang hingga pepohonanpun bergoyang cukup membuat merinding bulu kuduk. Baru kali ini Karto melihat kejadian seperti itu padahal sudah 6X menemani pelaku ritual di keramat ini. Apakah sosok gaib penghuni keramat tersebut murka ataukah memang cuaca yang tidk bersahabat.,.?
Tiba-tiba di tempat yang dipakai ritual Yopi mendadak terang benderang ada apa gerangan...? Ternyata sum bercahaya itu muncul dari sebuah benda berukuran sebesar gelas yang menimbulkan cahaya ke biru-biruan. Cahaya tersebut mengitari sesaji, entah kenapa...? Yopi mulai gelisah dengan kemunculan seberkas sinar itu, rasa dinginpun sudah tidak dihiraukan lagi.
Ketika sinar tersebut mulai berubah dengan gumpalan asap tebal tiba-tiba secara tidak sadar diapun berucap “Astagfirullah hal’adzim” spontan di tempat itu kembali menjadi gelap gulita serta merta ubo rampe pun jadi acak-acakan. Bagaimana kejadian selanjutnya yang terjadi di tempat pesugihan itu...?
Lantaran di tempat Yopi duduk ritul belum terlihat tanda-tanda terlihat cahaya lampu senter akhirnya abah kuncen, Karto dan rekan lainnya membiarkan Yopi tetap ritual dengan tenang. Mudah-mudahan saja Yopi diberikan keberkahan oleh Eyang Jaga Satru, itulah harapan dan semua rekan yang terlibat dalam acara ritual tersebut, mereka mendo’akan agar Yopi sukses dalam menjalani acara cara mendapatkan uang gaib yang nyeleneh itu lantaran pasti semua rekan-rekannya dapat bagian dari infak yang semestinya dikeluarkan untuk mereka. Infak jatuhnya 2,5% dan itu harusnya diperuntukkan fakir miskin, tua jompo, sarana Masjid dan sebagainya.
Namun dalam hal ini infak dibagikan pada rekan-rekan yang ikut serta dalam acara ritual tersebut lantaran semua yang terlibat itu terbawa dosanya juga namun bisa ditaubatkan melalui pembacaan ayat ayat suci Al-Qur’an dengan cara memanggil beberapa santri atau sesepuh berdo’a bersama. Lambat laun dosa perdosaan pun akan semakin mengurangi dan akhirnya akan sirna tapi ingat acara pembacaan do’a tersebut mesti dilakukan setiap 40 hari sekali.
Kira-kira pukul 01.15 dinihari kami semua merasa gelisah lantaran belum ada tanda-tanda Yopi menyalakan lampu senter, lalu Karto berdua dengan abah angker selaku juru kunci keramat segera beranjak dari tempat duduk yang sejak dari tadi menunggu ritualnya Yopi maksudnya hendak memeriksa Yopi apakah sudah ditemui dan berdialog dengan Eyang Jaga Satru atau belum?
Yaa... ampun Yopi malah pingsan! Yang lebih kagetnya lagi ubo rampe pada berantakan tumpah dan tempayan. Cukup merinding juga melihat tragedi seperti itu. Apakah Eyang Jaga Satru itu marah atau bagaimana...? Kita tunggu saja Yopi sebagai saksi kuncinya.
Yopi masih belum sadarkan diri, sementara rekan-rekan yang menunggu segera berdatangan lantaran sudah diberi tanda berkedip lampu senter. Semua rekan saling membantu membereskan ubo rampe yang acak-acakan.
Jujur saja ketika melihat tubuh Yopi pingsan spontan bulu kudukpun mulai tegang lantaran sosok tinggi besar masih menampakkan dirinya namun rekan-rekan tidak menyadarinya, tidak jauh dari mereka yang sedang memungut sesaji tempat sosok bayangan hitam sedang berdiri memperhatikan ke sekeliling tempat itu, matanya merah menandakan marah.
Seraya juru kunci mengajak segera turun lantaran takut ada hal yang lebih fatal lagi. Yopi digotong menuju cungkup dibawah tempat peristirahatan para pekerja pemetik daun teh. Lumayan juga beratnya tubuh Yopi, pelaku seperti inilah yang merepotkan.Karto berharap pada para pelaku yang hendak ritual itu mesti harus dipikirkan terlebih dahulu mental yang kuat, kalau sekiranya mental seperti kerupuk lebih baik tidak usah dilakukan ritual sebab hanya menyusahkan Karto dan juru kunci saja.
Cukup lama Yopi sadar dari pingsan, semua yang ikut mengantarpun membacakan do’a agar Yopi cepat siuman lantaran bingung caranya untuk membawa pulang ke rumah abah angker selaku juru kunci lantaran jaraknya sangat jauh sekali + 25 km lagi pula semua yang ikut mengantar merasa penasaran bagaimana hasil ritualnya Yopi.
Perlu diketahui saja oleh pembaca untuk sampai ke lokasi keramat Gunung Patuha Puncak Kapuk hanya bisa dilaluI oleh kendaraan roda dua, jadi bagaimana caranya menaikan Yopi pada motor, sementara tubuhnya kaku...? Setelah Yopi sadar dari pingsan barulah bisa diketahui hasil ritual tersebut.
Menurutnya kalau malam itu Yopi melihat seberkas cahaya sebesar diameter gelas, dasar Yopi melihat seberkas sinar itu berbentuk seperti bokor mas malah langsung diraih namun apa daya cahaya tersebut berubah jadi segumpal asap tebal dan lambat laun berubah wujud menjadi sosok mahluk tinggi besar hendak menerkam Yopi dan akhirnya diapun pingsan.
Di malam kedua ritual Yopi ditemani oleh Karto dan kang Deni supaya lebih jelas sosok makhluk seperti apa yang muncul itu karena ketika Karto kontrol Yopi dengan juru kunci yang Karto tahu kalau sosok itu tinggi besar dan matanya merah seperti murka.
Lagi pula kang Deni ini sering sekali menemani pelaku ritual-ritual dan terkadang kang Deni ini suka menjadi joki untuk ritual niatnya pelaku lain atau dengan kata lain kang Deni ini yang menggantikan pelaku ritual jika si pelaku merasa takut menghadapi sosok gaib tersebut, sementara kang Sandang sendiri diberi tugas oleh juru kunci untuk memantau di sekitar lokasi keramat.
Malam itu Yopi dengan sangat khusyu ritual sambil menghadap sesaji yang kemarin acak-acakan, konon menurut Yopi kalau sesaji itu tidak disukai oleh Eyang Jaga Satru dan akhirnya menyuruh hewan peliharaannya untuk memakan Suguhan tersebut, tapi tikus sebesar kucing itu malah memandang sesaji hingga acak-acakan.
Kira-kira pukul 23.15 WIB tempat keramat itu kembali jadi terang benderang, kejadiannya sama seperti di hari pertama namun kali ini Yopi makin berhati-hati dan sedikit takut oleh penampakan yang akan muncul nanti.
“He... he... he... he... geuningan manusa calutak datang deul nepungan kaula!” Tanya sosok gaib itu yang tak lain adalah Eyang Jaga Satru.
“Mu... mu... mu... muhun Eyang!” Jawab Yopi singkat.
“Naon atuh anjeun teh meni maksa hayang panggih jeung kaula, ari ku kaula didatangan kalakah he’es!” Tanya sosok ghoib tersebut.
“Aduh Eyang sanes he’es tapi sim kuring teu emut di bumi alam lantaran Eyang nganggo waragad anu pikasieuneun” jawab Yopi.
“Heu’euh sarua wae, hartina anjeun kalakah he’es” jelas sosok ghoib tersebut.
“Kuring teh sieun Eyang!” Jawab Yopi.
“Naha atuh ari sieun kalakah datang kadieu!” kata Eyang Jaga Satru.
“Kuring teh butuh dunya pamere ti Eyang anu saloba-lobana anu payu dialam kiwari!” pinta Yopi.
“Heug lamun anjeun hayang kitu mah, tapi mana balesan ti anjeun ka kaula..?” pinta Eyang Jaga Satru Balik Tanya.
“Mangga teu langkung selera Eyang anu kapilih!” jawab Yopi yang sudah gelap mata.
Yopi dibilang manusia tidak sopan oleh Eyang Jaga Satru, mungkin ketika dirinya masih mewujud sinar biru hendak ditangkap oleh kedua tangan Yopi dan setelah sinar biru itu berubah menjadi sosok yang menakutkan Yopi malah pingsan, tapi menurut sosok gaib kalau Yopi dibilang tidur.
Lantaran Yopi sangat membutuhkan dari sosok gaib lalu diapun meminta modal (diberi rezeki) khususnya dalam bentuk uang yang berlaku di alam manusia, tapi sosok gaib itu minta imbalannya sebagai tebusan kekayaan yang akan diterima oleh Yopi.
Dasar Yopi sudah gelap mata diapun langsung mengiyakan saja, entah siapa yang akan diambil nanti oleh sosok gaib tersebut. Yopi tidak sadar kalau tumbal yang akan diambil oleh Eyang Jaga satru tersebut adajah istrinya sendiri. Padahal niatnya itu hendak menumbalkan mertuanya sendiri lantaran niatnya itu diutarakan tidak secara lisan.
Setelah selesai melakukan ritual di keramat Puncak Gunung Patuha atau Puncak Kapuk Yopi benar-benar kaya raya namun kekayaannya itu tidak bisa bareng dinikmati oleh istrinya, lantaran Santi istrinya itu 40 hari setelah Yopi turun dari keramat malah meninggal kesengat aliran listrik, ketika hendak menuju kamar mandi tangannya menyenggol sambungan kabel yang mengalir pada mesin air jetpam.
Memang kekayaan yang diterima oleh Yopi jauh berbeda dengan ritual di keramat-keramat lain hingga beberapa karung atau kardus, justru jika ritual di keramat Puncak kapuk berkisar antara 2 - 3 milyar yang diterima oleh pelaku ritual dan juga tidak sebebas ritual kapan saja yang waktunya hanya hari dan bulan tertentu saja.
Abah Angker pun sudah memberi izin pada Karto untuk maksudnya sedikit mengingatkan pada pelaku-pelaku yang telah sukses melaksanakan ritual di tempat pesugihan keramat Puncak Kapuk Gunung Patuha untuk tidak mengulang ritual di keramat tersebut lantaran lambat laun Si pelaku itu sendiri bakal kena imbasnya, jadi cukup satu kali Saja jangan coba-coba dilakukan kembali ritual tersebut.
Dari hasil dialog itulah perlu kehati-hatian jangan mentang-mentang pelaku butuh modal diberi oleh sosok gaib namun tidak tuntas pembicaraan, contohnya seperti Yopi dia mengiyakan saja ketika sosok gaib itu meminta tumbal manusia sebagai wadalnya, akhirnya istri Yopi sendiri yang diambilnya untuk dijadikan tumbal tersebut, padahal dia sendiri niatnya hendak menumbalkan mertuanya.
Di sinilah perlu kehati-hatian bagi Si pelaku ritual sebab sosok gaib itu sendiri sudah pasti akan meminta tumbal pada si pelaku yakni orang yang paling disayangi oleh si pelaku dan orang yang paling dibutuhkan oleh sosok gaib itu sendiri.
Sejak meninggal Santi istrinya, Yopi memerlukan pendamping hidup dan akhirnya menikah dengan Juju. Dari hasil pernikahan inilah awal mulanya kehancuran Yopi di mana Juju memiliki sifat jamurang (red-Sunda) artinya boros dengan uang, sementara Yopi sendiri tidak pernah kontrol dengan keuangan di rumah tangga.
Lambat laun uang gaib dari hasil ritual di tempat keramat itu pun habis. Juju tidak tahan dengan kehidupan yang melarat dan akhirnya Juju memilih minggat dari rumah tangganya dan meninggalkan tanggung jawab pada suami dan anak-anaknya termasuk turunan dari Juju. Yopi tidak pernah mau mencari ke mana Juju pergi walau bagaimanapun juga kalau Juju itu bukan wanita baik yang kehidupannya selalu glamor dan suka bergaul dengan istri-istri muda para pejabat.
Kini Yopi merasakan sesal yang amat sangat sepeninggalan Santi istrinya tidak pernah menghiraukan Juju lagi lantaran Juju itu orang “Brengsek” itulah ucapan terakhir dari Yopi ketika Karto berkunjung ke rumahnya di sekitar Kabupaten Bandung. Rasa sesal suka muncul di kemudian hari, Yopi bersujud di hadapan Karto lantaran dia sungguh-sungguh Sangat menyesal. Andaikan Santi masih hidup dijamin kehidupannya tidak akan seperti ini.
Yopi berencana hendak melakukan ritual kembali dan kali ini dia akan menyerahkan Juju sebagai tumbal pesugihannya...! Apakah tujuannya akan tercapai...?
Semenjak ditinggal pergi oleh kedua istrinya, Yopi benar-benar melakukan ritual kembali di tempat keramat Puncak kapuk Gunung Patuha yang dipandu oleh abah Angker lantaran rasa sakit hatinya terhadap Juju memang sudah mendarah daging yang tidak bisa diampuni lagi ditambah dengan beban anak-anaknya dan Juju yang masih kecil dan perlu biaya pendidikan untuk masa depannya.
Setelah diberi wejangan oleh juru kunci akhirnya sore menjelang Maghrib Yopi berempat pergi menuju tempat pesugihan kerámat Puncak kapuk Gunung Patuha dengan perjalanan kendaraan roda dua, akhirnya sebelum adzan isya sudah sampai di tempat tujuan.
Seperti biasanya abah juru kuncipun Iangsung menggelar sesaji untuk memberi bakti pada sosok gaib Eyang Jaga Satru lantaran Sudah puluhan orang pelaku sudah diberikan kekayaan oleh penguasa keramat tersebut. Sekalian tawasul tentang penyampalan niat Yopi yang kedua kalinya.
Ritual malam pertama dalam hitungan jam saja tiba-tiba sosok gaib Eyang Jaga Satru pun muncul di hadapan Yopi dan terjadilah dialog khusus.
“He... he... he... he... dasar manusa belegug ilaing mah dibere modal ku kaula kalakah dipake awuntah!” Jawab Eyangiaga Satru.
Yopi diam seribu bahasa lantaran apa yang dikatakan sosok gaib itu memang benar adanya.
“Ayeuna anjeun rek naon datang deui ka kaputren?” Tanya Eyang jaga Satru.
“Hapunten Eyang, rumaos sim abdi anu lepat!” jawab Yopi.
“Nyaho kalakuan salah kalakah dilakukeun, dasar manusa teh nunustunjung ilaing mahl” kata Eyang Jaga Satru.
Artinya:
Yopi dibentak oleh Eyang Jaga Satru lantaran uang kiriman untuk modal usahanya malah habis dipakai tidak benar oleh istrinya dan itu perbuatan yang salah besar, hingga Yopi dibilang manusia tidak tahu diri.
Lantaran Yopi terus berharap pada Eyang Jaga Satru akhrinya diapun diberi pinjaman modal uang gaib (Bank Gaib) dengan jaminan 5 tahun, jika dirinya tidak sanggup mengembalikannya berarti nyawa sendirinyalah yang sebagai gantinya.
Perlu diketahui kalau Juju tidak bisa dijadikan tumbal pesugihannya lantaran tahap pertama yang harus jadi wadalnya adalah Yopi sendiri dan untuk ritual selanjutnya Juju bisa dijadikan sebagai korbannya.
ltulah cerita kisah nyata misteri pesugihan seseorang manusia yang telah melakukan ritual di tempat pesugihan keramat Puncak Kapuk, semoga pembaca bisa mengambil hikmahnya dari kisah pengalaman Yopi. Semua nama yang tercantum dalam kisah ini sudah kami samarkan demi nama baik sipelaku itu sendiri lantaran hingga kini Yopi masih hidup.
Sekian kisah nyata cerita misteri pesugihan gunung patuha sebagai tempat pesugihan paling angker paling cepat dan mudah mendapatkan uang gaib tentunya dengan tumbal nyawa.
SUMBER : WWW.GARASIGAMING.COM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar