garasitogel-mistik - Misteri kisah nyata kali ini menambah lagi koleksi kumpulan cerita misteri nyata atau cerita misteri hantu tentang manusia yang bercinta/berhubungan badan/sex dengan jin atau makhluk gaib. Cerita mistis ini mungkin agak berbeda dengan kisah nyata hantu gentayangan, walaupun dalam kisah misteri mistis seorang janda berhubungan badan dengan makhluk yang dikira arwah suaminya yang belum lama meninggal.
Cerita seram terbaru tentang hubungan manusia dengan makhluk gaib ini semoga menjadikan pengunjung blog ini makin ramai, langsung saja kita simak kisah mistisnya.
Cerita Misteri Kisah Nyata - Sejak ditinggal mati suamiku, Mas Hendro Purnomo, aku tinggal hanya berdua dengan anakku Tessa Maryanti, yang baru berumur delapan bulan. Aku tetap memilih tinggal di rumah yang baru kami bangun dua tahun lalu di Petenjo Kidul, Parungpanjang, kabupaten Tangerang, Banten.
Istana Nina Bobo, demikian nama rumah kami, sebuah tempat tinggal yang cukup besar di Petenjo Kidul. Untuk ukuran bangunan di desa, 800 meter bertingkat, sangatlah luas. Istana kami itu kami bangun di atas tanah perkebunan bambu berluas 5800 meter per-segi. Rumah itu dirancang oleh. Mas Hendro Purnomo sendiri. Kebetulan dia berprofesi sebagai seorang arsitek. Bentuk bangunan rumah kami mirip rumah rumah tua jaman Belanda. Ada empat pilar besar dari dasar tanah hingga ke lantai atas. Ada lima puluh jendela kecil kecil mirip loji Amsterdam. Ada jendela besar berjumlah sepuluh menyerupai gedung Vreideburg, jalan Malioboro, Yogyakarta.
Ada pos jaga di depan, gardu monyet untuk dua orang satpam. Tapi dua satpam itu, Kang Murad Sanjoyo dan Suryanto, aku berhentikan karena aku tak mampu lagi membayar mereka jaga di rumah kami. Dua pembantu juga, tukang masak dan tukang cuci, Maryam dan Marsinah, juga aku putuskan hubungan kerja karena tak mampu lagi membayar mereka tiap bulan.
Sebenarnya aku sangat terpaksa melepas ke empat orang yang sudah lama bersama kami itu. Mereka sudah seperti keluarga sendiri. Tapi aku tidak bekerja, tidak punya penghasilan tetap untuk membayar mereka semua. Sebab selama ini aku hanya mengandalkan keuangan dari suami. Maka itu, aku sangat terpaksa memberikan santuan kepada mereka dan memberhentikan mereka kerja.
Namun aku bersyukur, ke empat orang itu dapat pekerjaan baru. Dua satpam dipakai untuk menjaga BSD City dan dua pembantu, bekerja di restoran baru, Pondok Rejeki di Serpong, Kota Tangerang Selatan.
Kini hanya aku dan anakku yang masih bayi di rumah kami yang longgar. Aku mencuci sendiri, masak sendiri dan jaga rumah sendiri. Untunglah aku masih bisa bayar listrik. Namun listrik 2200 volt itu, aku irit-irit. Hanya lampu lampu kecil watt nya yang aku nyalakan di malam hari. Kulkaspun yang berjumlah empat, aku jual, AC pun lima unit, semuanya aku jual. Dan kami berdua tanpa AC. Kami menggunakan AC alam dengan kipas angin kecil di kamar.
Pada saat baru barunya suamiku meninggal, adikku, ibuku dan kakakku, masih bisa menemani kami di Petenjo Kidul. Namun karena semua punya kesibukan, maka lama-lama mereka pamit untuk aktifitas mereka di Jakarta Barat. lbukupun, kembali berjualan di Pasar Meruya dan kakakku buka warung makan Soto Betawi Di kebon Jeruk dekat RCTI.
Takdir, demikian aku mensiasati apa yang terjadi pada diriku. Di luar dugaan, suamiku yang masih relatif muda, umut 38 tahun, harus berpulang ke pangkuan Illahi. Mas Hendro Purnomo menderita penyempitan pembunuh darah ke jantung dan wafat di Rumah Sakit Husni Thamrin, Salemba, Jakarta Pusat.
Suamiku seorang pekerja keras. Karena kerja keraslah, maka karirnya melesat cepat. Dalam umur 30 tahun, dia diangkat sebagai direktur utama PT.Taman Jaya Bintara, sebuah perusahaan kontruksi bangunan real estate di Jakarta Timur.Dari hasil kerjanya, suamiku beli tanah dan membangun rumah mewah di Petenjo Kidul, Parungpanjang, tidak jauh dari stasiun kereta api Parungpanjang.
Pada Malam Jumat Pon, 28 Februari 2014, aku mendapatkan impian. Suamiku datang ke rumah kami. Kehadirannya seperti bukan mimpi, tapi persis sebuah kenyataan. Karena dia berbaju kimono batik warna biru yang selama ini sering dikenakannya. Dan sejak dia meninggal, baju itu menghilang dari kamar kami. Kucari ke mana-mana kimono itu, tapi tidak pernah ketemu. Namun pada mimpiku di Malam Jumat Pon itu, baju tidur ala Jepang itu digunakan Mas Hendro Pumomo menemuiku di tempat tidur.
Mas Hendro mencium kening anakku yang sedang pulas. Dengan perlahan dia mencium pipiku dan dalam mimpi itu, kami pun melakukan hubungan suami istri. Bermesraan di ranjang.Antara mimpi dan kenyataan. Demikian aku merasakan kejadian itu. Dibilang mimpi, tapi terasa sangat nyata. Dikatakan kenyataan, tapi aku merasakan seperti mimpi. Kucibut kulit bahuku, terasa sakit. Yang berarti hal itu nyata. Namun, dibilang nyata, tubuhku terasa tidak menginjak lantai. Aku seperti terbang dan mengambang dari ruang ke ruang di rumah kami yang lega.
Setelah lelah bencengkrama, aku tertidur dan tidak ingat apa-apa lagi. Namun pagi subuh, aku terbangun untuk mandi wajib dan sembahyang. Arkian, ternyata Mas Hendro Punnomo sudah tak ada lagi di tempat tidur kami.
“Mimpikah aku, atau kenyataan kah itu?” tanyaku, kepada batinku sendiri.
Kejadian cerita misteri itu tidak aku ceritakan kepada sapapun. Aku sibuk mengurus anak tunggalku sebagaimana hari-hari sebelumnya. Memandikannya, memberinya sarapan dan mengajaknya bermain bersama.
Pada Malam Selasa Pahing, 4 Maret 2014, Mas Hendro Purnomo datang lagi. Dia tetap datang dengan baju tidur kimono batik biru kebiasaannya. Tubuhnya juga berbau parfum kesukaannya Elizabeth Arden dan Samsara. Kami juga ngobrol dan bercengkrama.Dan juga sampai melakukan hubungan badan.
Namun berbeda dengan pertemuan Malam Jumat Pon lalu, kali ini kehadiran almarhum benar-benar terasa nyata. Aku merasakan benar-benar menghadapi dirinya, fisiknya dan suaranya yang persis seratus persen.
“Mas Hendro, mimpikah aku malam ini? Mas Hendro kan sudah meninggal, kenapa maujud lagi dan kita berhubungan intim?” tanyaku, sambil mencupit tangannya yang kekar.
“Ini kenyataan, Mama ini benar-benar nyata dan aku kembali ke rumah untuk kalian,” bisiknya, lembut.
“Ini kenyataan, Mama ini benar-benar nyata dan aku kembali ke rumah untuk kalian,” bisiknya, lembut.
Seperti pertemuan pertama, kali ini juga Mas Hendro raib lagi. Dia menghilang entah ke mana. Mungkin, pikirku, dia kembali ke kuburannya.
Malam Rabu Wage, 26 Maret 2014 pukul 23.45 WIB, Mas Hendro datang lagi ke kamar kami. Aku tidak tahu dia masuk dari pintu mana atau jendela mana, namun yang jelas dia tau-tau sudah ada di sebelahku dan membelai rambutku. Kami ngobrol banyak hal tentang usahanya, tentang anak kami, tentang kesehatanku dan tentang kematiannya.
Kali ini, Mas Hendro Purnomo hadir memberitahukan tentang uangnya di sebuah bank. Yang selama ini aku tidak tahu menahu tentang depositonya yang berjumlah milyaran di bank Gumilang, sebutlah begitu, dan dimintanya aku mengambil uang itu. Buku bank Gumilang itu disuruhnya diambil dalam tas echolac hitam yang selama ini tak pernah aku buka. Tas itu ada di dalam lemari pakaiannya di rak paling bawah.
Besoknya aku membuka tas echolac itu. Nomor kombinasi kunci pembuka yang disebutkannya, 2345, ternyata benar. Nomor rahasia itu mampu membuka tas hitam kokoh itu, di dalam tas itu, selain dokumen ada buku deposito Bank Gumilang dengan jumlah Rp 2,5 milyar. Uang itu langsung saya check di Bank Gumilang dan ada. Jumlah semuanya Rp 2,7 milyar.
Mas Hendro berpesan, uang itu jangan diambil dari Bank Gumilang. Tapi ambil saja bunganya setiap bulan. Bunga yang berbunga, yang jumlah cukup besar setelah dihitung sejak Mas Hendro wafat. Maka itu, setiap bulan aku datang ke Bank Gumilang untuk mengambil bunga deposito itu dan dari uang itulah kami hidup. Bahkan, aku bisa menggaji pembantu baru dan tukang kebun.
Sejak pertemuan gaib ke tiga itu, hingga tahun 2017 ini, Mas Hendro Purnomo tidak pernah datang lagi. Baik secara wujud fisik maupur di alam mimpiku. Sama sekali tidak pernah aku temukan lagi. Jangankan sosok fisik, hadir ke alam impianpun, tidak terjadi lagi. Namun setiap tiga bulan, pada hari kematiannya, aku dan anakku datang ké pemakaman Taman Pemakaman Umum Karang Mulya, Parungpanjang, Banten.
Malam Rabu Wage, 26 Maret 2014 pukul 23.45 WIB, Mas Hendro datang lagi ke kamar kami. Aku tidak tahu dia masuk dari pintu mana atau jendela mana, namun yang jelas dia tau-tau sudah ada di sebelahku dan membelai rambutku. Kami ngobrol banyak hal tentang usahanya, tentang anak kami, tentang kesehatanku dan tentang kematiannya.
Kali ini, Mas Hendro Purnomo hadir memberitahukan tentang uangnya di sebuah bank. Yang selama ini aku tidak tahu menahu tentang depositonya yang berjumlah milyaran di bank Gumilang, sebutlah begitu, dan dimintanya aku mengambil uang itu. Buku bank Gumilang itu disuruhnya diambil dalam tas echolac hitam yang selama ini tak pernah aku buka. Tas itu ada di dalam lemari pakaiannya di rak paling bawah.
Besoknya aku membuka tas echolac itu. Nomor kombinasi kunci pembuka yang disebutkannya, 2345, ternyata benar. Nomor rahasia itu mampu membuka tas hitam kokoh itu, di dalam tas itu, selain dokumen ada buku deposito Bank Gumilang dengan jumlah Rp 2,5 milyar. Uang itu langsung saya check di Bank Gumilang dan ada. Jumlah semuanya Rp 2,7 milyar.
Mas Hendro berpesan, uang itu jangan diambil dari Bank Gumilang. Tapi ambil saja bunganya setiap bulan. Bunga yang berbunga, yang jumlah cukup besar setelah dihitung sejak Mas Hendro wafat. Maka itu, setiap bulan aku datang ke Bank Gumilang untuk mengambil bunga deposito itu dan dari uang itulah kami hidup. Bahkan, aku bisa menggaji pembantu baru dan tukang kebun.
Sejak pertemuan gaib ke tiga itu, hingga tahun 2017 ini, Mas Hendro Purnomo tidak pernah datang lagi. Baik secara wujud fisik maupur di alam mimpiku. Sama sekali tidak pernah aku temukan lagi. Jangankan sosok fisik, hadir ke alam impianpun, tidak terjadi lagi. Namun setiap tiga bulan, pada hari kematiannya, aku dan anakku datang ké pemakaman Taman Pemakaman Umum Karang Mulya, Parungpanjang, Banten.
Cerita Misteri Kisah Nyata Ternyata Yang Berhubungan Badan Denganku Adalah Jin
Karena penasaran tentang apa yang kualami yang berhubungan dengan arwah, maka aku berkonsultasi dengan guru spiritual mumpuni, Kiyai Permas Pangeran Bayl, 54 tahun, praktisi supranaturalis di Jakarta Barat. Kiyai, demikian aku memanggilnya, menyebut bahwa apa yang kualami itu sebagai peristiwa supramistika yang langka. Yang hadir tiga kali dalam kehidupanku itu bukanlah roh atau arwah Mas Hendro Purnomo. Tetapi jin piaraannya semasa hidup, yang menyerupai Mas Hendro Purnomo.
“Jadi yang datang itu bukan arwah suamiku, bukan pula roh Mas Purnomo?”tanyaku, penasaran.
“Yang datang dan menyentuh Ibu itu adalah jin piaraan, Nama Sasmito Diharjo. jin pendamping Hendro Purnomo ketika dia masih hidup. Setelah wafat, dia tetap hidup dan adanya di sekitar pemakaman Karang Mulya, tempat di mana Hendro Purnomo dikuburkan,” kata Kiyai Permas Pangeran Bayi, kepadaku, serius.
“Jadi yang berhubungan denganku itu bangsa jin? Akankah berpengaruh kepada rahim dan kandunganku?” tanyaku, makin penasaran.
“Ya, rahim ibu harus dirawat, sperma jin itu harus dibersihkan, jika tidak ibu akan terkena kanker rahim atau ibu mengandung anak jin,” kata Kiyai Permas, sambil mengambil sebuah alat pendeteksi gangguan makhluk gaib di dalam kotak kayu jati di sebelahnya duduk.
“kejadian itu sudah lama berlalu, apakah masih bisa berdampak saat ini Kiyai?” sorongku.
“Pengaruh negatif dari berhubungan intim dengan jin itu memang tidak cepat. Akan memakan waktu lama bisa sampai lima tahun Bu,” terang Kiyai Permas, sambil menyebut bahwa di dalam rahimku ada janin kecil anak dari bangsa jin yang piaraan Mas Hendro Purnomo yang menyamar tuannya.
Aku sangat tegang, gelisah dan gundah gulana. Otakku terputar putar ditaburi rasa takut. Pertama aku takur terkena kanker rahim akibat hubungan badan dengan jin. Kedua aku takut hamil dan mengandung anak jin. Duh Gusti.Alhamdulillah, karena kemampuan supranatural yang luar biasa dari kiyai, aku dirawat selama sepuluh kali datang dan sembuh. Rasa sakit di rahimku yang merupakan benih kanker, lenyap dalanm waktu tidak lama, lalu janin kecil kehamilan anak jin, lenyap pula dari perutku. Setelah aku melakukan check up bagian vital itu, dokter medis pun, menyatakan aku bersih dari benih kanker dan tidak hamil. Baik anak manusia maupun anak jin.
Kepada kiyai aku meminta bantuan agar Mas Hendro Purnomo hadir dalam mimpiku. Bukan sebagai jin, tapi sebagai wujud sesungguhnya, namun bukan fisik, tapi rohnya yang hadir ke dalam impianku. Kiyai mengangguk dan bersedia mendatangkan Mas Hendro Punnomo sesungguh dalam mimpiku. Kini setiap malam Jumat Kliwon setiap bulan, aku bermimpi bersama Mas Hendro Purnomo. Kami bersama bergembira di taman bersama anak kami. Kami pergi ke tepi laut, ke gunung untuk menikmati indahnya alam karya cipta maha sempurna Allah Azza Wajalla. Namun, itu hanya mimpi. Tapi mimpi yang seperti kenyataan.
Mimpi itu bisa disetel oleh Kiyai Permas setiap malam jumat kliwon dan itu pasti datang. Syaratnya adalah aku ambil wudhu sebelum tidur, lalu memiringkan badang ke selatan dan membaca mantra mantra sakti mandraguna mimpi sebelum aku tidur. Mantra itu berbahasa Sunda Lama, Sunda Mantra yang diberikan Kiyai Permas Pangeran Bayi khusus untuk kedatang roh suamiku yang sudah meninggal. Jika aku ingin bertemu dengan ayahku, berbeda lagi mantranya. Semua mantra itu menggunakan bahasa Sunda mantra yang diciptakan sendiri oleh Kiyai Permas Pangeran Bayi yang juga sakti mandraguna.
Sementara jin piaraan almarhum, kini tidak bisa masuk lagi ke rumahku. Kiyai juga menanam jimat jimat keramat untuk melindungi rumahku dari kejahatan mistik Baik santet, teluh dan guna-guna serta pelet, tak akan mempan berhubungan dengan rumahku. Mereka datang namun jaraknya hanya 14 meter dari rumah. Mereka seperti dipagari api dan jika masuk, walau mereka dibuat dari api, akan menjadi debu.
Untuk itulah, kata kiyai, mereka takut melewati pagar gaib yang telah dibuat berbentuk api dan membinasakan makhluk gaib apapun untuk masuk. Baik itu jin, kuntilanak, babi ngepet, tuyul dan wewe gombel, semuanya tak bisa masuk. Jarak mereka hanya 14 meter di sekeliling rumahku. Jika melewati pagar gaib, semuanya akan musnah terbakar api biru seperti api blue gas.
“Jadi yang datang itu bukan arwah suamiku, bukan pula roh Mas Purnomo?”tanyaku, penasaran.
“Yang datang dan menyentuh Ibu itu adalah jin piaraan, Nama Sasmito Diharjo. jin pendamping Hendro Purnomo ketika dia masih hidup. Setelah wafat, dia tetap hidup dan adanya di sekitar pemakaman Karang Mulya, tempat di mana Hendro Purnomo dikuburkan,” kata Kiyai Permas Pangeran Bayi, kepadaku, serius.
“Jadi yang berhubungan denganku itu bangsa jin? Akankah berpengaruh kepada rahim dan kandunganku?” tanyaku, makin penasaran.
“Ya, rahim ibu harus dirawat, sperma jin itu harus dibersihkan, jika tidak ibu akan terkena kanker rahim atau ibu mengandung anak jin,” kata Kiyai Permas, sambil mengambil sebuah alat pendeteksi gangguan makhluk gaib di dalam kotak kayu jati di sebelahnya duduk.
“kejadian itu sudah lama berlalu, apakah masih bisa berdampak saat ini Kiyai?” sorongku.
“Pengaruh negatif dari berhubungan intim dengan jin itu memang tidak cepat. Akan memakan waktu lama bisa sampai lima tahun Bu,” terang Kiyai Permas, sambil menyebut bahwa di dalam rahimku ada janin kecil anak dari bangsa jin yang piaraan Mas Hendro Purnomo yang menyamar tuannya.
Aku sangat tegang, gelisah dan gundah gulana. Otakku terputar putar ditaburi rasa takut. Pertama aku takur terkena kanker rahim akibat hubungan badan dengan jin. Kedua aku takut hamil dan mengandung anak jin. Duh Gusti.Alhamdulillah, karena kemampuan supranatural yang luar biasa dari kiyai, aku dirawat selama sepuluh kali datang dan sembuh. Rasa sakit di rahimku yang merupakan benih kanker, lenyap dalanm waktu tidak lama, lalu janin kecil kehamilan anak jin, lenyap pula dari perutku. Setelah aku melakukan check up bagian vital itu, dokter medis pun, menyatakan aku bersih dari benih kanker dan tidak hamil. Baik anak manusia maupun anak jin.
Kepada kiyai aku meminta bantuan agar Mas Hendro Purnomo hadir dalam mimpiku. Bukan sebagai jin, tapi sebagai wujud sesungguhnya, namun bukan fisik, tapi rohnya yang hadir ke dalam impianku. Kiyai mengangguk dan bersedia mendatangkan Mas Hendro Punnomo sesungguh dalam mimpiku. Kini setiap malam Jumat Kliwon setiap bulan, aku bermimpi bersama Mas Hendro Purnomo. Kami bersama bergembira di taman bersama anak kami. Kami pergi ke tepi laut, ke gunung untuk menikmati indahnya alam karya cipta maha sempurna Allah Azza Wajalla. Namun, itu hanya mimpi. Tapi mimpi yang seperti kenyataan.
Mimpi itu bisa disetel oleh Kiyai Permas setiap malam jumat kliwon dan itu pasti datang. Syaratnya adalah aku ambil wudhu sebelum tidur, lalu memiringkan badang ke selatan dan membaca mantra mantra sakti mandraguna mimpi sebelum aku tidur. Mantra itu berbahasa Sunda Lama, Sunda Mantra yang diberikan Kiyai Permas Pangeran Bayi khusus untuk kedatang roh suamiku yang sudah meninggal. Jika aku ingin bertemu dengan ayahku, berbeda lagi mantranya. Semua mantra itu menggunakan bahasa Sunda mantra yang diciptakan sendiri oleh Kiyai Permas Pangeran Bayi yang juga sakti mandraguna.
Sementara jin piaraan almarhum, kini tidak bisa masuk lagi ke rumahku. Kiyai juga menanam jimat jimat keramat untuk melindungi rumahku dari kejahatan mistik Baik santet, teluh dan guna-guna serta pelet, tak akan mempan berhubungan dengan rumahku. Mereka datang namun jaraknya hanya 14 meter dari rumah. Mereka seperti dipagari api dan jika masuk, walau mereka dibuat dari api, akan menjadi debu.
Untuk itulah, kata kiyai, mereka takut melewati pagar gaib yang telah dibuat berbentuk api dan membinasakan makhluk gaib apapun untuk masuk. Baik itu jin, kuntilanak, babi ngepet, tuyul dan wewe gombel, semuanya tak bisa masuk. Jarak mereka hanya 14 meter di sekeliling rumahku. Jika melewati pagar gaib, semuanya akan musnah terbakar api biru seperti api blue gas.
Itulah cerita misteri kisah mistis cerita seram terbaru seorang wanita yang berhubungan seks dengan jin...
SUMBER : WWW.GARASIGAMING.COM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar